Rabu, 21 November 2012

SYIAH MENGELABUHI SUNNI MAKASSAR : Gema Persatuan Umat Islam Dunia dari Makassar

Ketika jahitan kebhinekaan terkoyak akibat ulah segelintir kalangan yang memaksakan tafsir tunggal atas ajaran agama, muncul seruan persatuan yang mengalir dari jantung Indonesia Timur. Senin, 5 November 2012 menjadi saksi perhelatan penting dunia Islam yang digelar di Universitas Islam terkemuka di Makassar. Sebuah seminar Internasional “Persatuan Umat Islam” diselenggarakan atas kerjasama Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dengan Kedutaan Republik Islam Iran untuk Indonesia.
 Momentum yang ditunggu-tunggu umat Islam Indonesia ini menghadirkan perwakilan dari ormas Islam, dewan ulama, dan pemerintah serta akademisi dalam dan luar negeri. Seminar Internasional berlangsung di Auditorium Al-Jibra Kampus II UMI, dan dibuka langsung oleh wakil Menteri Agama RI, Prof. DR. H. Nasaruddin Umar, MA.
Dua tokoh ormas Islam terbesar di Tanah Air, NU dan Muhammadiyah bersama-sama meneguhkan komitmen Indonesia dalam menjaga persatuan umat Islam dunia dari berbagai rongrongan. Prof. Din Syamsuddin hadir berdampingan sebagai pembicara bersama KH Hasyim Muzadi. Selain itu, hadir pula sebagai panelis Ketua MUI Pusat Prof. Umar Shihab dan Prof. Muhammad Ghalib, selaku Koordinator kopertais VIII.
Keseriusan mengusung persatuan umat Islam dalam seminar ini ditampilkan dengan menghadirkan para pembicara dari luar negeri. Partisipasi aktif Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia, Dr. Mahmoud Farazandeh, Grand Ayatollah Muhammad Ali Taskhiri selaku Ketua Lembaga Pendekatan antar Madzhab Islam, Republik Islam Iran, Sheikh Molawi Ishaq Madani sebagai penasehat presiden Iran untuk urusan Ahlussunnah, dan Dr. Mazaheri, Wakil rektor Universitas Terbuka Iran, menunjukkan komitmen kolektif menjaga persatuan Islam dunia. Namun, amat disayangkan Arab Saudi tidak mengirimkan wakilnya, meski sudah dijadwalkan hadir dalam seminar persatuan umat Islam dunia itu.
Dalam sambutannya, Wakil Menteri Agama mengapresiasi upaya konstruktif Duta Besar Republik Islam Iran dan ulama besarnya atas kesediaan mereka berbagi ilmu kepada Umat Islam Indonesia. “Seminar ini menambah khazanah keilmuan dan keislaman kita khususnya di Sulawesi selatan ini,” tutur pendiri Masyarakat Dialog antar Umat Beragama itu.
Bagi Nasaruddin, konsep keumatan dalam Islam merupakan refleksi dari konsep cinta kasih antar sesama. Mengutip Rasulullah Saw, profesor studi Islam UIN ini menilai konsep Ummah (umat) sebagai komunitas yang paling komplit dan mulia dalam Islam, karena tidak lagi mengagungkan adanya diskriminasi dan pengkotak-kotakan dalam masyarakat.
“Sebagaimana konsep al-Quran ‘Walaqad Karramnaa Banii Adam’ yang bermakna bahwa yang harus dimuliakan dalam Islam itu adalah semua anak cucu Adam, tanpa memandang Suku, jenis kelamin, golongan strata sosial bahkan agama, semuanya harus dimuliakan sebagai manusia ciptaan Allah swt,” ungkap penulis sekitar 12 buku keislaman ini.
Nasruddin dalam pidatonya optimis Indonesia sebagai negara muslim terbesar akan memimpin dunia Islam. Bagi Nasruddin, jazirah Hijaz telah selesai melahirkan Islam, kini giliran Indonesia yang akan memimpin dunia Islam. Tapi, semuanya itu hanya bisa terwujud ketika umat Islam Indonesia serius menggalang persatuan.
“Tanpa persatuan, umat Islam Indonesia hanya akan tersekat-sekat dalam ruang sempit mazhab atau kabilah,” tegasnya.
Optimisme itu bergema kembali disuarakan Ketua Umum Muhammadiyah, Prof. Din Syamsuddin. Cendekiawan muslim ini menjelaskan besarnya potensi kaum muslimin, terutama di Indonesia. “Kita punya SDM (Sumberdaya Manusia), SDA (Sumberdaya Alam) maupun SDN (Sumberdaya Nilai) dan SDS (Sumberdaya Sejarah),” kata Ketua Umum Muhammadiyah.
“Sumber daya itu harus digunakan untuk menguatkan konsep ‘Kalimatun Sawa’ dalam menghadapi ‘Aduwun Sawa’,” tegas pria kelahiran Sumbawa itu.
Tokoh NU, KH. Hasyim Muzadi menegaskan pentingnya persatuan Islam dalam mewujudkan kamajuan dan kejayaan umat. Kiai berusia 48 tahun ini memandang politik adu domba yang dilancarkan dunia Barat untuk menjegal kemajuan dan kejayaan kaum muslimin. “Semua itu, hanya bisa dilawan dengan persatuan umat sebagai landasan gerakan Islam yang rahmatan lil alamin,” tambahnya.
Mengamini pentingnya persatuan umat bagi bangsa Indonesia dan dunia, Rektor UMI Prof. Masrurah Mokhtar, MA pada pidato sambutannya menggarisbawahi urgensi perumusan etika dalam berbeda pendapat, supaya umat Islam dapat meningkatkan tali persaudaraan, toleransi dan tidak mudah diadudomba. Sedangkan, Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia, Dr. Mahmoud Faranzadeh dalam statemennya menekankan pentingnya persatuan umat Islam sebagai benteng menjaga keamanan, kesejahteraan dan kemajuan umat Islam dunia.
Sementara itu, Sheikh Molawi Ishaq Madani menyebutkan persatuan sebagai kunci kemenangan umat Islam. “Persatuan sangat penting. Tanpa persatuan, umat Islam mudah diadudomba. Perselisihan dan pertengkaran di antara kaum muslimin tidak akan menghasilkan kemenangan bagi madzhab yang bertikai, dan sebaliknya justru kekalahan bagi agama Islam,” kata penasehat Presiden Iran urusan Ahlusunnah.
Terkait peran dunia Barat dalam menyulut friksi di tubuh umat Islam, Ayatollah Muhammad Ali Taskhiri menyatakan bahwa dunia Barat berupaya mengoyak-oyak persatuan umat Islam dunia hingga akhirnya menjadi negara-negara kecil, terbelakang dan memisahkan agama dari kehidupan kaum muslimin. “Barat mengimplementasikannya dalam bentuk Kolonialisme,” ungkap Ketua Lembaga Pendekatan Antarmazhab Islam itu.
Namun, tutur ulama senior Iran ini, pasca perang dunia kedua, terjadi berbagai peristiwa penting yang menyebabkan Kolonialisme Barat menemui tantangan berat. “Peristiwa pertama adalah pembakaran masjid Quds yang menstimulasi lahirnya konferensi solidaritas kaum muslimin. Kemudian lahirlah Revolusi Islam di Iran, ” tambahnya.
Pada tahun 1979, Revolusi Islam Iran yang digagas oleh Imam Khomeini berhasil menumbangkan hegemoni Barat. Menurut ulama sepuh ini, revolusi berbasis agama itu menjadi antitesis Kolonialisme Barat terhadap dunia Islam.
“Ketika Barat menginginkan umat Islam tercabik-cabik, Revolusi Islam tampil menyerukan persatuan umat. Ketika Barat membiarkan umat Islam terbelakang, Revolusi Islam menyerukan dukungan umat terhadap kemajuan dunia Islam dalam segala bidang kehidupan. Dan ketika Barat memisahkan Islam dari kehidupan kaum muslimin, Revolusi Islam justru menawarkan mengisi kehidupan masyarakat muslim dengan nilai-nilai Islam,” ujar ulama Iran itu.
Acara ini diakhiri dengan pembacaan rekomendasi yang berisi tujuh poin penting persatuan umat Islam dunia. Pertama, meningkatkan kesadaran umat Islam untuk terus membangun dan menjaga persaudaraan sebagai sesama umat Islam dengan menampilkan Islam yang damai dan penuh kasih sayang. Kedua, tidak menjadikan perbedaan mazhab sebagai kendala dalam menjalin ukhuwah islamiah dan kerjasama dalam berbagai kegiatan keduniaan dan keagamaan. Ketiga, mendukung sosialisasi Deklarasi Amman (9/11/2004) yang dideklarasikan bersama oleh 200 ulama dari lebih 50 negara, yang menegaskan bahwa mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaidi) sebagai bagian dari Islam.
Keempat, umat Islam Indonesia  dari berbagai mazhab bisa menjadi role model bagi umat Islam dunia dengan hidup berdampingan dalam ikatan persaudaraan yang kuat. Kelima, ormas dan lembaga-lembaga keislaman serta para da’i, muballig dan cendekiawan muslim mengambil peran aktif untuk selalu mengupayakan kokohnya persaudaraan Islam, dan menghindari dakwah yang berakibat lemahnya ukhuwah Islamiyah. Keenam, pemerintah Indonesia diharapkan ikut menciptakan iklim yang kondusif bagi terwujudnya persaudaraan antarpenganut berbagai mazhab Islam dan persaudaraan di antara sesama pemeluk agama. Ketujuh, perbedaan (ikhtilaf) di kalangan umat Islam harus disikapi dengan mendahulukan etika dan akhlaqul karimah demi kemaslahatan umat.
Seminar berjalan lancar, meskipun di luar gedung ada segelintir pihak yang memaksakan sikapnya menolak persatuan Islam. Akan tetapi kesiapan panitia dan tim keamanan dari TNI-Polri dalam komando Wakil Rektor III UMI berhasil menghalau gerombolan anti kebhinekaan itu. (DarutTaqrib/IRIB/Adrikna!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar